Ada sebagian orang takut bertransaksi lewat
internet. Alasannya: takut tertipu seperti orang-orang yang diberitakan
di media massa itu. Khabarnya, ada yang tertipu melalui Facebook,
Website palsu, informasi palsu, dan lain-lain. Ada yang tertipu ratusan
ribu sampai jutaan rupiah bahkan ada yang sampai nggak pulang-pulang.
Pokoknya menakutkan, deh.
Wah, segitu amat ya? Gimana menurutmu, Sobat? Apakah dunia maya alias internet memang menakutkan dan perlu dihindari.
Sebelum kita menjawab pertanyaan semacam itu ada baiknya kita menelaah
berbagai hal sebagai pertimbangan. Ya, setidaknya kita perlu
mempertimbangan segi manfaat dan mudaratnya, segi baik dan buruknya.
Mana yang lebih banyak, baik atau buruknya? Lebih baik lagi apabila kita
bisa mengambil manfaatnya dan menghindari resiko negatifnya. Ya,
setidaknya meminimalisasi kerugian bergaul dengan internet.
Menurutku, kejahatan bisa terjadi di mana saja, di internet maupun di
dunia nyata. Begitulah interaksi dengan banyak orang yang memiliki
beragam karakter, niat, dan keinginan itu. Kejahatan semacam penipuan
yang sudah sering terjadi di dunia nyata tentu bisa saja terjadi di
dunia maya alias internet. Malah sangat bisa karena karakter interaksi
di internet memungkinkan kamuflase bahkan anonim.Lalu apakah kita harus
alergi dan menghindari internet?Tunggu dulu. Menurut saya tidak perlu
se-ekstrem itu. Internet masih mejanjikan hal-hal yang positif. Banyak
informasi dan aktifitas positif yang bisa didapat dan dilakukan di
internet. Bahkan sekarang ini internet juga menjadi gudang ilmu, tempat
belajar, dan berbisnis yang menjanjikan.Sekedar informasi kecil, saya
bisa mendesain blog, memasang banner, membuat e-book, menjalin
pertemanan juga melalui internet, lho. Dari internet juga saya tahu
bahwa orang-orang sukses seperti Jonru, Anne Ahira (maaf untuk beliau
berdua: namanya saya sebut dalam tulisan ini bukan bermaksud negatif),
dan lain-lain itu juga berbisnis dan bertransaksi melalui
internet.Mereka tidak melakukan bisnis menipu melainkan menjual
informasi dan pelatihan Sekolah Menulis.
Awalnya, saya juga pernah ragu ketika ada orang yang menawari e-book dan
newsletter gratis, misalnya. Alasannya ya itu tadi, takut ditipu.
Apalagi mereka meminta nama panggilan dan e-mail. Saya pikir kalau orang
itu meminta nomor rekening bank, ee, nanti dulu. Tapi karena hanya
meminta nama panggilan dan alamat e-mail, ya saya mendaftar. Ternyata
mereka memang mengirimkan e-book dan newsletter gratis selama beberapa
kali. Sebagian besar-ebooknya bagus, bukan e-book sampah sehingga saya
simpan sampai sekarang. Saya sempat heran, kok masih ada ya orang yang
memberikan sesuatu secara cuma-cuma di zaman yang katanya "nggak ada
yang gratis" ini.
Ternyata memang ada udang di balik batu tetapi tidak menipu. Akhirnya
saya mengetahui (bahkan para penulisnya juga mengakui secara jujur)
bahwa mereka mendapat nilai positif dari e-book dan newsletter yang
mereka berikan itu. Secara halus biasanya penulis e-book tersebut
menyisipkan iklan dan link yang merupakan usaha promosi produk
mereka. Sejak itu saya sering mendaftar bila ada tawaran e-book baru dan
unik. Alhamdulillah baik-baik saja.
Yang terpenting sekarang, kita harus waspada. Kalau membeli produk,
lihat dulu profil penjualnya, alamat lengkap dan nomor teleponnya. Kalau
perlu kontak lewat telepon dulu sebelum membeli. Yang demikian ini
lebih bijaksana, saya rasa, karena tampaknya di masa depan transaksi
online semakin sulit dihindari seolah menjadi gaya kehidupan modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar