Senin, 16 Maret 2015

Rp500 Juga Berharga

Tak banyak barang yang bisa kita beli dengan uang pecahan Rp500 sekarang ini. Cemilan anak-anak dan permen saja yang masih bisa ditukar rupiah dengan nominal tersebut. Makanan ringan seperti pempek, pisang goreng, bahkan ketela goreng sudah jarang dijual dengan harga Rp500,00. Makanan ringan jenis ini biasanya nangkring di kisaran Rp700. Makanan ringan pabrikan seperti Chitato, kue bakeri, dan lain-lain juga begitu. Sembilan bahan makanan pokok apalagi, sudah ribuan bahkan sepuluh ribuan perkilonya. Tapi tunggu dulu. Teman saya menunjukkan kepada saya bahwa Rp500,00 itu sebenarnya juga sangat berharga, dan saya jadi terinspirasi oleh hal ini. Saya jadi berpikir bahwa Rp500,00 itu juga sangat berharga tergantung cara pandang, situasi, cara kita memberdayakannya. Kenyataannya,pertama, Rp100.000,00 tetap tidak genap dan tidak akan disebut seratus ribu jika kurang Rp500. Kedua, Rp500,00 akan bernilai tak terhingga tergantung pembilangnya. Ya, Rp500,00 akan menjadi Rp5000,00 jika pembilangnya 10, dan akan menjadi Rp50.000,00 jika pembilangnya 100. Umpamanya, suatu hari di sekitar kantor Anda harga telur itik adalah Rp2000,00 padahal di sekitar tempat tinggal Anda telur tersebut biasanya laris manis bila dijual Rp2500,00 dan Anda berani untuk berbisnis sehingga Anda berhasil mengantongi Rp500,00 saja perbutir. Jika sambil pulang kantor, Anda bisa mebawa 10 butir lalu menjualnya dengan sukses, berarti Anda mendapat Rp5000,00. Lumayan, kan, daripada setiap hari pergi dan pulang dari kantor dengan tangan kosong? Anda terbantu Rp500,00 untuk membeli minyak motor Anda. Ketiga, Rp500,00, daripada terkapar dan berceceran di sembarang tempat, jika ditabung secara rutin akan besar juga nilainya. Hitunglah sendiri, satu hari menabung Rp500,00 (karena tak bisa menabung lebih besar lagi) maka dalam sebulan kita akan mendapat Rp15.000,00, dalam setahun kita memiliki Rp180.000,00. Berapa jumlahnya setelah tujuh belas tahun? Lumayan, apalagi saat butuh dana. Ya, selama ini saya termasuk golongan orang yang merasa cukup menikmati gaji dari kantor dan sama sekali tak memiliki inisiatif untuk memulai bisnis atau sekedar mencari uang tambahan meskipun tak seberapa. Waktu luang sepulang dari kantor (baca: saya pulang kantor pukul 13.00) selama tujuh belas tahun ini habis untuk bersantai, menonton tivi, mondar-mandir, mancing, atau main gaple tiap malam. Sebenarnya gaji tak cukup, tetapi biasanya dicukup-cukupkan. Semuanya aman dan masuk akal didukung alasan hidup sederhana. Baru hari ini saya terpikir dan membenarkan pemikiran bahwa jika kita ingin maju, kita harus berani berusaha. Tak ada salahnya mencari tambahan penghasilan meskipun sedikit. Kata orang sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Rasanya ingin mencoba dan menemukan peluang usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar